KEUTAMAAN RAMADHAN
Para
salaf, pendahulu umat ini sangat memahami betapa berartinya Ramadhan.
Segala kebaikan, keutamaan serta berkah berkumpul di dalamnya. Sehingga
mereka yang tahu sifat dan keutamaan Ramadhan akan bersiap menyambut
dengan berbagai amal kebajikan, agar memperoleh keberuntungan yang
besar. Dan mereka tak akan berpisah dengan Ramadhan, kecuali ia telah
menyucikan ruh dan jiwanya.
KEUTAMAAN RAMADHAN
Sebagaimana firman Allah,
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (Asy-Syam: 9)
Sungguh
sangat merugilah orang yang tak peduli pada Ramadhan, menyia-nyiakan
kehadirannya, padahal antara waktu siang dan malamnya dipenuhi kebaikan
dan keberkahan.
Telah
disinggung di atas bahwa bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Di
antaranya dalam Ramadhan terdapat tiga macam ibadah yang sangat agung,
yaitu puasa, zakat dan qiyam (berdiri untuk shalat). Namun selain tiga
ibadah tersebut, masih banyak amalan-amalan lain yang bisa pula kita
lakukan selama Ramadhan.
Banyak ayat dalam al-Quran yang menganjurkan orang berpuasa. Sebagaimana firman Allah,
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu berpuasa, sebagaimana telah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
(Al-Baqarah: 183)
“Dan berpuasa itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 184)
“Sesungguhnya
kaum muslimin dan muslimat, kamu mukminin dan mukminat, orang-orang
yang taat laki-laki dan perempuan, orang-orang yang jujur laki-laki dan
perempuan, orang-orang yang sabar laki-laki dan perempuan, orang-orang
yang suka bersedekah laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka
berpuasa laki-laki dan perempuan, orang-orang yang memelihara
kehormatannya laki-laki dan perempuan, orang-orang yang suka
menyebut-nyebut nama Allah banyak sekali, laki-laki dan perempuan, maka
Allah menyiapkan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(Al-Ahdzab: 35)
Membayar
zakat merupakan kesempurnaan bagi puasa seseorang dan merupakan
kewajiban dalam Islam, juga keuntungan. Sebagaimana firman Allah,
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir. Pada tiap-tiap butir seratur biji. Allah melipatgandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)
“Dan
perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka adalah superti kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat. Maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis pun (telah cukup baginya). Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah: 265)
Mengingat
besarnya pahala dan manfaat zakat, hendaknya kita melakukan dengan
penuh keikhlasan. Selain untuk membersihkan harta, juga menjauhkan dari
sikap bakhil dan rakus. Zakat juga merupakan wujud kepedulian kita
kepada orang lain yang membutuhkan, serta membebaskan kita dari
tanggungan dan ancaman dasyat, seperti firman Allah,
“Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil terhadap harta-harta yang Allah
berikan kepada mereka sebagai karunia-Nya itu menyangka bahwa kebakhilan
itu baik bagi mereka. Sesungguhnya kebakhilan itu buruk bagi mereka.
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala urusan (yang ada) di langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ali Imran:
180)
Rasulullah
banyak memberi contoh amalan selama Ramadhan, termasuk mengisi waktu
dengan qiyam (berdiri untuk shalat) baik itu wajib ataupun sunnah.
Adapun shalat sunnah itu meliputi shalat tarawih ataupun shalat malam
sebagaimana sabda Nabi,
“Barangsiapa
yang melaksanakan shalat malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharap
balasan, maka dia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lewat.”
Rasulullah
selalu menghidupkan hampir seluruh malamnya untuk beribadah, juga
membangunkan keluarganya untuk qiyamul lail. Terlebih di bulan Ramadhan.
Bahkan disebutkan dalam Shahih Muslim dari Aisyah ra, dia berkata,
“Yang aku ketahui beliau shalat semalaman sampai menjelang pagi.”
Selain
3 amalan utama di atas, Rasulullah juga mengisi Ramadhan dengan
amalan-amalan shalih lainnya. Tak ada waktu yang beliau lewatkan
sia-sia. Terlebih di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Beliau juga
melakukan i’tikaf karena mengharap lailatul qadar, kita menyibukkan diri
dengan ibadah, bermunajat dan memperbanyak dzikir pada Allah.
Demikian
pulalah seharusnya kita dalam mengisi Ramadhan, menyibukkan hati dengan
apa saja yang bisa mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga tidak ada yang
tersisa dalam hati selain Allah dan segala yang mendatangkan
keridhaan-Nya.
Selain
keutaman Ramadhan dalam hal ibadah, pada bulan Ramadhan pula al-Quran
diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Yaitu pada malam lailatul
qadar. Hal ini disebutkan dalam al-Quran,
“Pada
bulan Ramadhan yang diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia
dan keterangan dari petunjuk, dan membedakan (antara yang hak dan yang
batil), maka barangsiapa yang hadir di antara kamu di bulan itu
hendaklah ia berpuasa.” (Al Baqarah: 185)
Keutamaan
lain Ramadhan adalah dibukanya pintu-pintu rahmat dan ditutupnya pintu
jahanam, dan para setan dibelenggu. Jika kita sudah memahami hal itu,
tentunya akan segera berlomba mengisi Ramadhan dengan amal kebajikan
seraya mengharap pahala berlipat seperti yang Allah janjikan. Juga
memenuhi diri dengan taubat, sebab pintu ampunan dibuka lebar. Semoga
kita termasuk orang-orang yang dimudahkan Allah meraih kebaikan Ramadhan
dan semua keutamaan di dalamnya.
JANGAN SIA-SIAKAN RAMADHAN
Barangsiapa
melewatkan waktu selama Ramadhan dengan sia-sia, sesungguhnya ia
termasuk orang yang merugi dalam perdagangannya dengan Allah. Ia
melewatkan keberuntungan besar berupa hadiah dari Allah.
Dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali z, secara marfu’ dari Nabi bersabda,
“Barangsiapa
menjumpai Ramadhan dalam keadaan sehat dan muslim lalu ia berpuasa pada
siang harinya, shalat pada sebagian malamnya, menahan pandangannya,
menjaga kemaluannya, lisan dan tangannya, menjaga shalat-shalatnya
dengan berjamaah, bersegera menuju shalat Jumat, maka sungguh dia telah
berpuasa sebulan, menyempurnakan pahala serta mendapatkan lailatul
qadar, dan dia beruntung dengan hadiah dari Rabb Tabaraka wa Ta’ala.”
Di
antara hadiah itu adalah ampunan besar. Sebagaimana kita tahu Ramadhan
penuh dengan ladang ampunan yang dibentang lebar, hingga Rasulullah
mendorong umatnya untuk memanfaatkan keberkahan itu dengan memohon
ampunan dosa. Beliau n mengumpamakan sekiranya dosa orang yang berpuasa
seperti busa air laut, akan diampuni karena besarnya kedudukan ibadah
yang berkeberkahan itu.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi bersabda,
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan iman dan ikhlas, diampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang.”
Kerugian
lain atas orang yang menyia-nyiakan ibadah dan waktu selama Ramadhan,
ia kehilangan nikmat Allah berupa pembebasan dari api neraka,
sebagaimana sabda Rasulullah bahwa Allah berkenan membebaskan setiap
muslim dari api neraka tiap-tiap malam Ramadhan. Bagaimana Allah l akan
membebaskan dari api neraka jika kita tetap sibuk dengan maksiat dan
lalai dari beribadah selama Ramadhan dan bulan lain?
Selain
hal di atas, Allah juga menyambut doa-doa orang yang berpuasa terlebih
di malam-malam yang mustajab, melipatgandakan pahala atas setiap
kebajikan. Masihkah kita rela kehilangan semua itu karena menyia-nyiakan
kesempatan emas selama Ramadhan?
Tak
hanya itu, termasuk orang yang merugi, selama Ramadhan adalah mereka
yang tidak meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat. Begitulah,
kebanyakan dari kita berpuasa Ramadhan, tapi perbuatan kita tak jauh
beda dengan saat kita berpuasa, tetap saja bermaksiat dan tidak
meninggalkan keharaman. Seperti berdusta, ghibah, memfitnah, pergi ke
tempat maksiat dan hal sia-sia lainnya.
Nabi bersabda,
“Barangsiapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan masih juga melakukannya,
serta melakukan perbuatan-perbuatan bodoh, maka Allah tidak membutuhkan
terhadap puasanya, meskipun ia meninggalkan makan dan minumnya.”
Coba
kita tengok banyak dari saudara kita, meski berpuasa tetap menghabiskan
waktunya untuk nongkrong, mengumbar pandangan, tidak menjaga perut dari
keharaman makanan atau minuman, tetap mengikuti nafsu dan sebagainya.
Padahal Allah berfirman,
“Dan
sesungguhnya kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pandangan, penglihatan, dan hati semuanya itu
akan diminta pertanggungjawabannya”. (Al-Isra’: 36)
Hal
lain yang seharusnya tak kita lupakan adalah dzikrul maut (mengingat
kematian). Kematian bisa mengintai kita kapan saja. Bila kita lalai
bahwa kita akan mati, maka kita akan menyia-nyiakan waktu, dan
melalaikan ibadah. Lain halnya bagi orang-orang yang mengingat maut.
Mereka akan lebih bersemangat dalam kebajikan, termasuk dalam
memanfaatkan waktu selama Ramadhan, dan mengoptimalkan semua kesempatan
yang ada, baik di dalam atau di luar Ramadhan. Memang begitulah
seharusnya, karena kita tak pernah tahu, akankah kita bersua kembali
dengan Ramadhan tahun depan?
Semoga
kita termasuk orang-orang yang dimudahkan meraih berkah Ramadhan, dan
memperoleh keberuntungan berlipat di dalamnya serta tidak termasuk
golongan orang-orang yang merugi.
Daisadur dari: www.majalah-nikah.com